Seminar Implementasi Budaya Positif SMA Laboratorium Unsyiah

3 guru penggerak SMA Laboratorium Unsyiah Ibu Anneza Astriet, S.Pd.,Gr.,M.Pd., ibu Rosita Ariani, S.Pd., Gr. dan bapak Hizqil Apandi, melakukan implementasi budaya positif. Hal ini adalah bentuk desiminasi salah satu tema materi guru penggerak tentang budaya positif, Sabtu/10/09/2022. Kegiatan ini sangat direspon baik oleh kepala sekolah Dr. Nasir Usman, M.Pd. karena kegiatan ini salah satu program kerja kurikulum dalam meningkatkan kompetensi pendidik di sekolah. Sebanyak 30 guru hadir dalam kegiatan diseminasi yang berlangsung di perpustakaan.

Bu Rosita menyampaikan dalam kegiatan ini, bahwa peraturan kedisiplinan yang sudah diterapkan belum dapat memaksimalkan peningkatan kedisiplinan. Anak masih tidak disiplin terjadi pelanggaran tata tertib dan menaikkan emosi guru saat menasehati. Pembelajaran tentang anak disadarkan akan keyakinan dari peraturan, nilai dari hal tersebut. Contohnya misalnya siswa terlambat harus dibentuk ketepatan waktu, kenapa harus datang tepat waktu maka harus dibangun dari komitmen diri. Perlakuan guru itu tidak harus memerintah tapi diajak bicara, tidak boleh menghakimi, nilai-nilai kebajikan universal budaya positi. Tidak membuat pemaksaan mengikuti peraturan namun sadar kalau ada nilai kebajikan di balik peraturan. Penekanan bagaimana cara menanamkai nilai positif tersebut dinamakan dia dengan restitusi. Strategi restitusi kepada siswa akan mengeluarkan ide sendiri solusi sendiri. Pengajar harus introspeksi diri, guru bukan penghukum, pembuka rasa bersalah. Sekolah dapat mengimplementasikan budaya positif secara keseluruhan perlahan demi perlahan, tidak mudah namun pasti bisa.
Sekolah kita bisa mengimplementasikan budaya positif secara keseluruhan perlahan demi perlahan tidak mudah tapi pasti bisa

Hal yang sama diungkapkan oleh Pak Hizqil, dalam penerapan disiplin di sekolah mungkin ada semacam sudut pandang yang baru bagaimana menerapkan kedisiplinan mengatasi anak-anak yang kurang disiplin, mengatasi anak-anak yang misalnya punya masalah dengan mungkin dengan pendekatan yang baru disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal. Saat siswa membuka diri karena kontrol kontrol diri siswa ada di tangan siswa pada saat dia membuka dirinya pada guru, Murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol semua prilaku memiliki tujuan bahkan tidak berlaku yang tidak disukai. Nasehat hanya berlaku sementara, hadir dari diri sendiri karena ada di lingkungan, kritik rasa bersalah tidak akan berlangsung lama. Orang dewasa memiliki hak untuk memaksa, bila kita ingin membuat kemajuan perlahan sedikit-sedikit ubahlah sikap atau perilaku. Bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita ubahlah bagaimana anda melihat dunia bagaimana anda berpikir atau manusia ubahlah skema pemahaman dan penjelasan tentang realitas.

Semoga usaha bersama untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa diridhoi Allah SWT. Amin

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *